Senin, 28 Desember 2015

i'jaz tentang surat al-ankabut ayat 41



I’JAZ SURAT  AL’ANKABUT AYAT 41
ã@sWtB šúïÏ%©!$# (#räsƒªB$# `ÏB Âcrߊ «!$# uä!$uŠÏ9÷rr& È@sVyJx. ÏNqç6x6Zyèø9$# ôNxsƒªB$# $\F÷t/ ( ¨bÎ)ur šÆyd÷rr& ÏNqãç6ø9$# àMøŠt7s9 ÏNqç6x6Zyèø9$# ( öqs9 (#qçR$Ÿ2 šcqßJn=ôètƒ ÇÍÊÈ  
41. perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.
A. Tafsir ayat:
Perbuatan dan sifat-sifat orang – orang kafir dalam mempertuhankan dan menyembah berhala selain Allah SWT dengan harapan bisa membela dan membawa manfaat dan menolak bala, laksana sifat laba-laba dari sisi kelemahannya. Laba-laba membuat sarang untuk menjaga diri dari serangan, namun rumah laba-laba sama sekali tidak berguna karena dengan cepat akan rusak oleh terpaan angina atau serangga kecil. [1]
Ayat ini berbicara tentang kaum musyrikin yang menyembah berhala-berhala dengan mengharap perlindungan, sesuatu yang sama sekali tidak dapat diterima oleh akal yang sehat, pikiran yang sehat atau jiwa yang suci , kini diberi perumpamaan tentang keadaan mereka. Ayat diatas menyatakan : perumpamaan orang-orang yang menjadikan dengan sungguh-sungguh dan bersusah payah berhala-berhala sebagai para pelindung selain Allah yang Maha Kuasa dan tiada banding-Nya perumpamaan mereka adalah seperti laba-laba yang membuat rumah dengan susah payah untuk menjadi pelindung baginya. Padahal sesungguhnya serapuh-rapuh rumah adalah rumah laba, kalau mereka mengetahui seperti itulah hakikatnya. [2]
Kaum penyembah berhala yang memandangnya sebagai penolong selain dari Allah, Yang selalu diharapkan pertolongan dan menolak bahaya yang datang kepada mereka, adalah bagaikan laba-laba yang disebutkan dalam ayat ini begitu lemahnya, sehingga tak kuat menahan tiupan angin, dan melindungi laba-laba itu sendiri dari dingin dan panas. Sarang tersebut tak dapat memenuhi kebutuhan utamanya apabila sedang diperlukan. Demikianlah halnya orang-orang kafir (musyrik), mereka tak sanggup menyelamatkan diri bila Allah mendatangkan siksa-Nya. Penolong mereka (selain dari Allah) tidak akan dapat memberikan pertolongan bahkan diri mereka sendiri tidak dapat mengelakkan mereka dari azab Allah. Ringkasnya hal orang musyrik penyembah berhala itu tak ubahnya bagaikan laba-laba yang membuat sarang, sangat rapuh dan lemah, sebab sarang laba-laba itulah ibarat dari suatu bangunan rumah yang sangat rapuh. Demikian pulalah agama yang sangat lemah adalah agama yang menyembah berhala.[3]
Kita akan belajar tentang filosofi kehidupan seekor laba-laba (Al Ankabut). Al-‘ankabu atau ‘ankabatun yang lebih dikenal dengan al-‘Ankabut adalah bentuk mufrad dari kata ‘anakib atau kata ‘ankabut merupakan nama salah satu jenis serangga berkaki delapan yang dalam bahasa Indonesia disebut laba-laba atau spider dalam bahasa Inggris.  
Serangga ini membuat sarangnya yang berbentuk jaring-jaring dari benang sutra (air ludahnya) yang dihasilkan dari perutnya yang juga berfungsi sebagai perangkap mangsa. Kata al-‘Ankabut merupakan nama salah satu surat di dalam al-Quran, yaitu Surah al-‘Ankabut ( Surah ke 29), yang terdiri dari 69 ayat. Meskipun al-‘Ankabut merupakan nama surat, kata al-‘Ankabut itu sendiri hanya ditemukan dua kali di dalam Alquran, yaitu pada Surah al-‘Ankabut (29): 41 : “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindungnya selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahuinya).” Fenomena hidup laba-laba sangat menarik untuk kita kaji, semoga dari kajian ini Insyaa Allah kita dapat mengambil pelajaran berharga. Kehidupan seekor laba-laba memiliki keunikan berikut ini:

1. . Laba-laba giat bekerja tak kenal lelah
Sewaktu kita sedang menatap interior rumah atau sewaktu terpaku pandang pada sebatang pohon, mungkin ada beberapa laba-laba yang membuat sarang di sana. Kemudian jika tergerak hati kita untuk membersihkan atau mungkin juga iseng untuk merusak sarang laba-laba tersebut. Kemudian coba perhatikan apa yang dikerjakan oleh laba-laba setelah sarangnya hancur? Ternyata laba-laba membuat kembali sarang barunya di tempat yang sama. Berapakalipun manusia merusak sarangnya, sebanyak itulah laba-laba dengan penuh semangat bekerja tak kenal lelah untuk memperbaiki dan membuat sarang baru. Melihat perangai laba-laba tadi, mengajarkan kepada kita untuk tidak kenal lelah dan tidak kenal putus asa, seandainya dalam hidup ini kita mengalami kegagalan sehingga tidak mengeluh dan putus asa, bangkit lagi untuk berjuang lebih giat menghadapi dan mengurangi potensi kegagalan yang menghadang. Ingat kegagalan adalah bagian kecil dari proses menuju sukses dan tidak ada kesuksesan yang tercipta tanpa sebuah kegagalan. Jadikan kegagalan sebagai awal introspeksi diri dan bekerja lebih keras.

2. Laba-laba contoh egoisme sektoral

Laba-laba dengan filosofi hidupnya hanya berfikir dan berbuat untuk kepentingan dan kesenangan dirinya saja. Dia membuat sarang berupa jaring-jaring untuk memperdaya dan menangkap hewan lain untuk makanannya. Yang dia pikirkan hanya dirinya saja dan dia tidak perduli dengan nasib hewan lainnya. Orang yang berbudaya seperti laba-laba sangat merugikan orang lain dan tidak mensyukuri nikmat yang telah didapatkannya, ia tidak lagi berpikir tentang sekitarnya dan mereka tidak lagi membutuhkan berpikir apa, siapa, kapan, dan di mana. Apa yang ia pikirkan hanyalah untuk kepentingan dan kesenangan pribadi.

3. Jaring Laba-laba contoh model Networking Management

Sistem jaring-jaring rancang bangun sarang laba-laba mengilhami manusia untuk membangun Networking Multilevel Marketing dan strategi militer. Networking Multilevel Marketing mengambil i’tibar dari dari laba-laba karena sarang laba-laba identik dengan jaring-jaring keagenan (jaringan pemasaran) yang menyatu dan saling menguatkan satu sama-lainnya. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu kegiatan usaha bersifat berkesinambungan dan terpadu, harus dapat tercipta-tumbuh dan terpelihara. Strategi militer juga mengadopsi prinsip jaring laba-laba (spidernet). Pemimpin berada di tengah atau pusat organisasi jaringnya. Apabila ada hambatan, ancaman dan gangguan terhadap eksistensi organisasinya, getaran dari si pembuat masalah terasa sampai kepada sang pemimpin yang selanjutnya turun langsung menuju pusat gangguan untuk mengamati seberapa besar masalah yang ada dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Apabila si pembuat onar tadi sampai merusak jaring organisasi maka sang pemimpin beserta kesatuannya akan berusaha memperbaikinya seperti sediakala. Dalam strategi militer, kalau ada ancaman terhadap organisasi diselesaikan di kesatuan. Jika tidak memungkinkan, baru meminta bantuan dari kesatuan lain dan bersama-sama menghadapinya.

4.laba-laba contoh model kepribadian mudah panik dan kalang-kabut.  

Naluri laba-laba menganggap bahwa hewan lain selain dirinya adalah musuh sekaligus mangsa untuk makanan dirinya. Begitu ada hewan lain yang mendekat ke sarangnya dia terlihat pontang-panting panik bergerak ke segala arah. Orang yang menganggap orang lain sebagai pesaing bagi target/cita-cita pribadinya dan bukan sebagai mitra kerja, akan selalu dalam posisi khawatir orang lain akan mengganggu keberhasilan pencapaian target/cita-citanya. Dia akan pontang-panting bergerak ke segala arah mencari keyakikan dan ketenangan diri bahwa target/cita-citanya tidak terganggu. Tindakannya kalangkabut laksana seperti seekor laba-laba. (Catatan penulis: Kalangkabut merupakan kata serapan bahasa Arab : Kaal-ankabut=seperti laba-laba).
Allah menjadikan laba-laba sebagai contoh dalam Al Qur’an, bukan karena laba-laba binatang yang istimewa sepertihalnya semut atau lebah, melainkan karena laba-laba merupakan binatang yang lemah dan bodoh. Laba-laba membuat sarang (rumah) yang terbuat dari benang halus untuk melindungi dirinya dari panas dan dingin serta untuk menolak penderitaan bagi dirinya. Akan sang laba-laba tidak mengetahui kalau rumahnya yang berupa jaring-jaring itu meski terkesan sangat indah dilihat tapi sangat rapuh, dan ternyata tidak dapat melindunginya dari kesengsaraan ketika ia membutuhkannya. Sebagaimana disebutkan Qur’an Surah Al-Ankabut Ayat 41, Allah memberikan perumpamaan itu berkaitan dengan kebodohan orang-orang musyrik yang menjadikan berhala dan patung sebagai sesembahan dan penolong bagi mereka. Padahal, berhala dan patung itu sama sekali tidak dapat menolong mereka. Maka, Allah menyamakan kekurangan dan kelemahan orang-orang musyrik dengan laba-laba dalam mencari pelindung untuk dirinya. Orang-orang musyrik dan laba-laba sama-sama bodoh di dalam membuat pengaman dan pelindung untuk dirinya, karena pelindung yang diharapkan dapat melindungi mereka ternyata tidak dapat diandalkan.[4]
Dari uraian cerita di atas marilah kita tata hidup ini dengan mengambil i’tibar/pelajaran bahwa :
1.      Giatlah dalam bekerja tanpa keluh kesah
2.      Jadikan kegagalan sebagai awal untuk menuju kesuksesan.
3.      Jadikan orang lain sebagai mitra kerja
4.      Jadilah pemimpin yang teladan, member semangat dan membibing kearah keberhasilan.
5.      Jadilah pemimpin yang ditaati dan disegani
6.      Jadikanlah Allah sebagai satu-satunya pelindung.
Jadi dari uraian diatan kita dapat menyimpulkan bahwasanya orang-orang yang mencari perlindungan selain Allah seperti laba-laba yang membuat rumah. Rumah laba-laba itu sangatlah lemah, dan jika terkena angin akan hancur. Jika kita kita ingin mencari perlindungan selain kepada Allah, maka kita seperti laba-laba yang lemah. Dan jika kita ingin terhindar dari bala bukan kepada selain Allah kta mencari perlindungan akan tetapi kita harus mencari perlindungan kepada Allah semata, karena hanya Allahlah sebaik-baik perlindungan. Kita harus menjadikan Allah sebagai satu-satunya pelindung. Karena itulah yang benar.
B. I’jaz ayat atau kemukjizatan ayat
  Disini saya hanya focus kepada kata  البيوت أوهن  , sebenarnya jika kita melihat bahwasanya rumah laba-laba itu sangat unik dan kuat, contohnya jika nyamuk menabrak rumah laba-laba tersebut maka nyamuk tersebut akan lengket disitu. Dan juga masih ada serangga-serangga yang lain apabila menabrak rumah laba-laba maka dia akan tersangkut. Ini memuktikan bahwa rumah laba-laba itu kuat. Dan yang dimaksud dari kata البيوت أوهن  ini adalah bukan rumahnya tapi keadaan rumah tangga laba-laba tersebut. Seperti contohnya baiti jannati(rumahku surgaku), jadi disini bukan rumahku surgaku akan tetapi keadaan rumah ku seperi surga, yangmana keadaan rumah yang seperti surge yang tentram dan penuh kedamaian. Disini membahas tentang keadaan rumah tangga laba-laba, yangmana keadaan  rumah tangga laba-laba itu tidak lah tenang, karena laba-laba itu hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan yang lain, dan laba-laba tindak membutuhkan bantuan dari yang lain. Dan apabila laba-laba itu melahirkan anaknya setelah dia melahirkan dia memakan anaknya itu, mana mungkin seorang ibu mau memangsa anaknya sendiri, jadi dapat kita simpulkan bahwa keadaan rumah tangga laba-laba itu tidak ada ketentraman mengapa demikian karena anaknya saja tidak dijaga bahkan dimangsa atau dimakan. Jika kita melihat keadaan rumaht angga laba-laba adalah keadaan rumah tangga yang broken. Karena sesama saja tidak saling melestarikan akan tetapi salinh memangsa, dan hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan keadan orang lain. Bagaiman sebuahtangga akan merasa tentram dalam sebuah keluarga , dengan keadaan demikian. Salaing mendukung saja belum tentu tentram apalagi tidak mempedulikan antara satu sama lain. Keadaan rumah tangga yang broken itu adalah keadaan rumah tangga laba-laba.
Jadi I’zas dari kata البيوت أوهن ini adalah keadaan rumah  tangga laba-laba yang lemah, dan rumah tangga yang broken. Kerena mereka tidak mempedulikakan satu sama lainnya. Bukan rumahnya laba-laba tetapi keadaan rumah tangga laba-laba.
Kesimpul
Dari ayat diatan kita dapat menyimpulkan
-          Perumpamaan orang-orang kafir atau orang non islam yang mencari perlindungan kepada selain Allah, mereka itu seumpama laba-laba yang membuat rumah.
-          Perlindungan yang hakiki itu hanyalah dari Allah bukan yang lain, jadi marilah kita menjadikan Allah satu-satunya pelindung. Karena jika kita ingin terhindar dari bala bukan kepada patung atau sebagainya kita mencari perlindunga akan tetapi kepada Allahlah kita mencari perlindungan, itulah yang benar.
-          Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari semangat dari laba-laba.
-          I’jaz dari kata البيوت أوهن adalah keadaan rumah laba-laba yang lemah atau broken, atau tidakada ketenagan.
-          Kesombongan laba-laba tidak patut kita contoh, mereka tidak membutuhkan bantuan dari yang lainnya, padahal kita didunia ini tidak bisa hidup sendiri , kita salaing membutuhkan satu sama lainnya.











[1] Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith, ( Jakarta: Gema Insani,2013), cet ke 1, hal.54
[2]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ( Jakarta: Lentera Hati, 2002) hal.83