I’JAZ SURAT
AL’ANKABUT AYAT 41
ã@sWtB šúïÏ%©!$# (#rä‹sƒªB$# `ÏB Âcrߊ «!$# uä!$uŠÏ9÷rr& È@sVyJx. ÏNqç6x6Zyèø9$# ôNx‹sƒªB$# $\F÷t/ ( ¨bÎ)ur šÆyd÷rr& ÏNqã‹ç6ø9$# àMøŠt7s9 ÏNqç6x6Zyèø9$# ( öqs9 (#qçR$Ÿ2 šcqßJn=ôètƒ ÇÍÊÈ
41. perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain
Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang
paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.
A. Tafsir
ayat:
Perbuatan dan sifat-sifat orang – orang kafir dalam mempertuhankan
dan menyembah berhala selain Allah SWT dengan harapan bisa membela dan membawa manfaat
dan menolak bala, laksana sifat laba-laba dari sisi kelemahannya. Laba-laba
membuat sarang untuk menjaga diri dari serangan, namun rumah laba-laba sama
sekali tidak berguna karena dengan cepat akan rusak oleh terpaan angina atau
serangga kecil. [1]
Ayat ini berbicara tentang kaum musyrikin yang menyembah
berhala-berhala dengan mengharap perlindungan, sesuatu yang sama sekali tidak
dapat diterima oleh akal yang sehat, pikiran yang sehat atau jiwa yang suci ,
kini diberi perumpamaan tentang keadaan mereka. Ayat diatas menyatakan : perumpamaan
orang-orang yang menjadikan dengan sungguh-sungguh dan bersusah payah
berhala-berhala sebagai para pelindung selain Allah yang Maha Kuasa dan tiada
banding-Nya perumpamaan mereka adalah seperti laba-laba yang membuat rumah
dengan susah payah untuk menjadi pelindung baginya. Padahal sesungguhnya
serapuh-rapuh rumah adalah rumah laba, kalau mereka mengetahui seperti itulah
hakikatnya. [2]
Kaum penyembah berhala yang
memandangnya sebagai penolong selain dari Allah, Yang selalu diharapkan
pertolongan dan menolak bahaya yang datang kepada mereka, adalah bagaikan
laba-laba yang disebutkan dalam ayat ini begitu lemahnya, sehingga tak kuat
menahan tiupan angin, dan melindungi laba-laba itu sendiri dari dingin dan
panas. Sarang tersebut tak dapat memenuhi kebutuhan utamanya apabila sedang
diperlukan. Demikianlah halnya orang-orang kafir (musyrik), mereka tak sanggup
menyelamatkan diri bila Allah mendatangkan siksa-Nya. Penolong mereka (selain
dari Allah) tidak akan dapat memberikan pertolongan bahkan diri mereka sendiri
tidak dapat mengelakkan mereka dari azab Allah. Ringkasnya hal orang musyrik
penyembah berhala itu tak ubahnya bagaikan laba-laba yang membuat sarang,
sangat rapuh dan lemah, sebab sarang laba-laba itulah ibarat dari suatu
bangunan rumah yang sangat rapuh. Demikian pulalah agama yang sangat lemah
adalah agama yang menyembah berhala.[3]
Kita akan belajar tentang filosofi kehidupan seekor laba-laba (Al
Ankabut). Al-‘ankabu atau ‘ankabatun yang lebih dikenal dengan al-‘Ankabut
adalah bentuk mufrad dari kata ‘anakib atau kata ‘ankabut merupakan nama salah
satu jenis serangga berkaki delapan yang dalam bahasa Indonesia disebut laba-laba
atau spider dalam bahasa Inggris.
Serangga ini membuat sarangnya yang berbentuk jaring-jaring dari benang sutra (air ludahnya) yang dihasilkan dari perutnya yang juga berfungsi sebagai perangkap mangsa. Kata al-‘Ankabut merupakan nama salah satu surat di dalam al-Quran, yaitu Surah al-‘Ankabut ( Surah ke 29), yang terdiri dari 69 ayat. Meskipun al-‘Ankabut merupakan nama surat, kata al-‘Ankabut itu sendiri hanya ditemukan dua kali di dalam Alquran, yaitu pada Surah al-‘Ankabut (29): 41 : “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindungnya selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahuinya).” Fenomena hidup laba-laba sangat menarik untuk kita kaji, semoga dari kajian ini Insyaa Allah kita dapat mengambil pelajaran berharga. Kehidupan seekor laba-laba memiliki keunikan berikut ini:
1. . Laba-laba giat bekerja tak kenal lelah
Sewaktu kita sedang menatap interior rumah atau sewaktu terpaku pandang pada sebatang pohon, mungkin ada beberapa laba-laba yang membuat sarang di sana. Kemudian jika tergerak hati kita untuk membersihkan atau mungkin juga iseng untuk merusak sarang laba-laba tersebut. Kemudian coba perhatikan apa yang dikerjakan oleh laba-laba setelah sarangnya hancur? Ternyata laba-laba membuat kembali sarang barunya di tempat yang sama. Berapakalipun manusia merusak sarangnya, sebanyak itulah laba-laba dengan penuh semangat bekerja tak kenal lelah untuk memperbaiki dan membuat sarang baru. Melihat perangai laba-laba tadi, mengajarkan kepada kita untuk tidak kenal lelah dan tidak kenal putus asa, seandainya dalam hidup ini kita mengalami kegagalan sehingga tidak mengeluh dan putus asa, bangkit lagi untuk berjuang lebih giat menghadapi dan mengurangi potensi kegagalan yang menghadang. Ingat kegagalan adalah bagian kecil dari proses menuju sukses dan tidak ada kesuksesan yang tercipta tanpa sebuah kegagalan. Jadikan kegagalan sebagai awal introspeksi diri dan bekerja lebih keras.
2. Laba-laba contoh egoisme sektoral
Laba-laba dengan filosofi hidupnya hanya berfikir dan berbuat untuk kepentingan dan kesenangan dirinya saja. Dia membuat sarang berupa jaring-jaring untuk memperdaya dan menangkap hewan lain untuk makanannya. Yang dia pikirkan hanya dirinya saja dan dia tidak perduli dengan nasib hewan lainnya. Orang yang berbudaya seperti laba-laba sangat merugikan orang lain dan tidak mensyukuri nikmat yang telah didapatkannya, ia tidak lagi berpikir tentang sekitarnya dan mereka tidak lagi membutuhkan berpikir apa, siapa, kapan, dan di mana. Apa yang ia pikirkan hanyalah untuk kepentingan dan kesenangan pribadi.
3. Jaring Laba-laba contoh model Networking Management
Sistem jaring-jaring rancang bangun sarang laba-laba mengilhami manusia untuk membangun Networking Multilevel Marketing dan strategi militer. Networking Multilevel Marketing mengambil i’tibar dari dari laba-laba karena sarang laba-laba identik dengan jaring-jaring keagenan (jaringan pemasaran) yang menyatu dan saling menguatkan satu sama-lainnya. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu kegiatan usaha bersifat berkesinambungan dan terpadu, harus dapat tercipta-tumbuh dan terpelihara. Strategi militer juga mengadopsi prinsip jaring laba-laba (spidernet). Pemimpin berada di tengah atau pusat organisasi jaringnya. Apabila ada hambatan, ancaman dan gangguan terhadap eksistensi organisasinya, getaran dari si pembuat masalah terasa sampai kepada sang pemimpin yang selanjutnya turun langsung menuju pusat gangguan untuk mengamati seberapa besar masalah yang ada dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Apabila si pembuat onar tadi sampai merusak jaring organisasi maka sang pemimpin beserta kesatuannya akan berusaha memperbaikinya seperti sediakala. Dalam strategi militer, kalau ada ancaman terhadap organisasi diselesaikan di kesatuan. Jika tidak memungkinkan, baru meminta bantuan dari kesatuan lain dan bersama-sama menghadapinya.
4.laba-laba contoh model kepribadian mudah panik dan kalang-kabut.
Naluri laba-laba menganggap bahwa hewan lain selain dirinya adalah musuh sekaligus mangsa untuk makanan dirinya. Begitu ada hewan lain yang mendekat ke sarangnya dia terlihat pontang-panting panik bergerak ke segala arah. Orang yang menganggap orang lain sebagai pesaing bagi target/cita-cita pribadinya dan bukan sebagai mitra kerja, akan selalu dalam posisi khawatir orang lain akan mengganggu keberhasilan pencapaian target/cita-citanya. Dia akan pontang-panting bergerak ke segala arah mencari keyakikan dan ketenangan diri bahwa target/cita-citanya tidak terganggu. Tindakannya kalangkabut laksana seperti seekor laba-laba. (Catatan penulis: Kalangkabut merupakan kata serapan bahasa Arab : Kaal-ankabut=seperti laba-laba).
Serangga ini membuat sarangnya yang berbentuk jaring-jaring dari benang sutra (air ludahnya) yang dihasilkan dari perutnya yang juga berfungsi sebagai perangkap mangsa. Kata al-‘Ankabut merupakan nama salah satu surat di dalam al-Quran, yaitu Surah al-‘Ankabut ( Surah ke 29), yang terdiri dari 69 ayat. Meskipun al-‘Ankabut merupakan nama surat, kata al-‘Ankabut itu sendiri hanya ditemukan dua kali di dalam Alquran, yaitu pada Surah al-‘Ankabut (29): 41 : “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindungnya selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahuinya).” Fenomena hidup laba-laba sangat menarik untuk kita kaji, semoga dari kajian ini Insyaa Allah kita dapat mengambil pelajaran berharga. Kehidupan seekor laba-laba memiliki keunikan berikut ini:
1. . Laba-laba giat bekerja tak kenal lelah
Sewaktu kita sedang menatap interior rumah atau sewaktu terpaku pandang pada sebatang pohon, mungkin ada beberapa laba-laba yang membuat sarang di sana. Kemudian jika tergerak hati kita untuk membersihkan atau mungkin juga iseng untuk merusak sarang laba-laba tersebut. Kemudian coba perhatikan apa yang dikerjakan oleh laba-laba setelah sarangnya hancur? Ternyata laba-laba membuat kembali sarang barunya di tempat yang sama. Berapakalipun manusia merusak sarangnya, sebanyak itulah laba-laba dengan penuh semangat bekerja tak kenal lelah untuk memperbaiki dan membuat sarang baru. Melihat perangai laba-laba tadi, mengajarkan kepada kita untuk tidak kenal lelah dan tidak kenal putus asa, seandainya dalam hidup ini kita mengalami kegagalan sehingga tidak mengeluh dan putus asa, bangkit lagi untuk berjuang lebih giat menghadapi dan mengurangi potensi kegagalan yang menghadang. Ingat kegagalan adalah bagian kecil dari proses menuju sukses dan tidak ada kesuksesan yang tercipta tanpa sebuah kegagalan. Jadikan kegagalan sebagai awal introspeksi diri dan bekerja lebih keras.
2. Laba-laba contoh egoisme sektoral
Laba-laba dengan filosofi hidupnya hanya berfikir dan berbuat untuk kepentingan dan kesenangan dirinya saja. Dia membuat sarang berupa jaring-jaring untuk memperdaya dan menangkap hewan lain untuk makanannya. Yang dia pikirkan hanya dirinya saja dan dia tidak perduli dengan nasib hewan lainnya. Orang yang berbudaya seperti laba-laba sangat merugikan orang lain dan tidak mensyukuri nikmat yang telah didapatkannya, ia tidak lagi berpikir tentang sekitarnya dan mereka tidak lagi membutuhkan berpikir apa, siapa, kapan, dan di mana. Apa yang ia pikirkan hanyalah untuk kepentingan dan kesenangan pribadi.
3. Jaring Laba-laba contoh model Networking Management
Sistem jaring-jaring rancang bangun sarang laba-laba mengilhami manusia untuk membangun Networking Multilevel Marketing dan strategi militer. Networking Multilevel Marketing mengambil i’tibar dari dari laba-laba karena sarang laba-laba identik dengan jaring-jaring keagenan (jaringan pemasaran) yang menyatu dan saling menguatkan satu sama-lainnya. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu kegiatan usaha bersifat berkesinambungan dan terpadu, harus dapat tercipta-tumbuh dan terpelihara. Strategi militer juga mengadopsi prinsip jaring laba-laba (spidernet). Pemimpin berada di tengah atau pusat organisasi jaringnya. Apabila ada hambatan, ancaman dan gangguan terhadap eksistensi organisasinya, getaran dari si pembuat masalah terasa sampai kepada sang pemimpin yang selanjutnya turun langsung menuju pusat gangguan untuk mengamati seberapa besar masalah yang ada dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Apabila si pembuat onar tadi sampai merusak jaring organisasi maka sang pemimpin beserta kesatuannya akan berusaha memperbaikinya seperti sediakala. Dalam strategi militer, kalau ada ancaman terhadap organisasi diselesaikan di kesatuan. Jika tidak memungkinkan, baru meminta bantuan dari kesatuan lain dan bersama-sama menghadapinya.
4.laba-laba contoh model kepribadian mudah panik dan kalang-kabut.
Naluri laba-laba menganggap bahwa hewan lain selain dirinya adalah musuh sekaligus mangsa untuk makanan dirinya. Begitu ada hewan lain yang mendekat ke sarangnya dia terlihat pontang-panting panik bergerak ke segala arah. Orang yang menganggap orang lain sebagai pesaing bagi target/cita-cita pribadinya dan bukan sebagai mitra kerja, akan selalu dalam posisi khawatir orang lain akan mengganggu keberhasilan pencapaian target/cita-citanya. Dia akan pontang-panting bergerak ke segala arah mencari keyakikan dan ketenangan diri bahwa target/cita-citanya tidak terganggu. Tindakannya kalangkabut laksana seperti seekor laba-laba. (Catatan penulis: Kalangkabut merupakan kata serapan bahasa Arab : Kaal-ankabut=seperti laba-laba).
Allah menjadikan laba-laba sebagai contoh dalam Al Qur’an, bukan
karena laba-laba binatang yang istimewa sepertihalnya semut atau lebah,
melainkan karena laba-laba merupakan binatang yang lemah dan bodoh. Laba-laba
membuat sarang (rumah) yang terbuat dari benang halus untuk melindungi dirinya
dari panas dan dingin serta untuk menolak penderitaan bagi dirinya. Akan sang
laba-laba tidak mengetahui kalau rumahnya yang berupa jaring-jaring itu meski
terkesan sangat indah dilihat tapi sangat rapuh, dan ternyata tidak dapat
melindunginya dari kesengsaraan ketika ia membutuhkannya. Sebagaimana
disebutkan Qur’an Surah Al-Ankabut Ayat 41, Allah memberikan perumpamaan itu
berkaitan dengan kebodohan orang-orang musyrik yang menjadikan berhala dan
patung sebagai sesembahan dan penolong bagi mereka. Padahal, berhala dan patung
itu sama sekali tidak dapat menolong mereka. Maka, Allah menyamakan kekurangan
dan kelemahan orang-orang musyrik dengan laba-laba dalam mencari pelindung
untuk dirinya. Orang-orang musyrik dan laba-laba sama-sama bodoh di dalam
membuat pengaman dan pelindung untuk dirinya, karena pelindung yang diharapkan
dapat melindungi mereka ternyata tidak dapat diandalkan.[4]
Dari uraian cerita di atas marilah kita tata hidup ini dengan
mengambil i’tibar/pelajaran bahwa :
1.
Giatlah
dalam bekerja tanpa keluh kesah
2.
Jadikan
kegagalan sebagai awal untuk menuju kesuksesan.
3.
Jadikan
orang lain sebagai mitra kerja
4.
Jadilah
pemimpin yang teladan, member semangat dan membibing kearah keberhasilan.
5.
Jadilah
pemimpin yang ditaati dan disegani
6.
Jadikanlah
Allah sebagai satu-satunya pelindung.
Jadi dari uraian diatan kita dapat menyimpulkan bahwasanya
orang-orang yang mencari perlindungan selain Allah seperti laba-laba yang
membuat rumah. Rumah laba-laba itu sangatlah lemah, dan jika terkena angin akan
hancur. Jika kita kita ingin mencari perlindungan selain kepada Allah, maka
kita seperti laba-laba yang lemah. Dan jika kita ingin terhindar dari bala
bukan kepada selain Allah kta mencari perlindungan akan tetapi kita harus
mencari perlindungan kepada Allah semata, karena hanya Allahlah sebaik-baik
perlindungan. Kita harus menjadikan Allah sebagai satu-satunya pelindung.
Karena itulah yang benar.
B. I’jaz ayat
atau kemukjizatan ayat
Disini
saya hanya focus kepada kata البيوت
أوهن , sebenarnya jika kita melihat bahwasanya
rumah laba-laba itu sangat unik dan kuat, contohnya jika nyamuk menabrak rumah
laba-laba tersebut maka nyamuk tersebut akan lengket disitu. Dan juga masih ada
serangga-serangga yang lain apabila menabrak rumah laba-laba maka dia akan
tersangkut. Ini memuktikan bahwa rumah laba-laba itu kuat. Dan yang dimaksud
dari kata البيوت أوهن
ini
adalah bukan rumahnya tapi keadaan rumah tangga laba-laba tersebut. Seperti
contohnya baiti jannati(rumahku surgaku), jadi disini bukan rumahku surgaku
akan tetapi keadaan rumah ku seperi surga, yangmana keadaan rumah yang seperti
surge yang tentram dan penuh kedamaian. Disini membahas tentang keadaan rumah
tangga laba-laba, yangmana keadaan rumah
tangga laba-laba itu tidak lah tenang, karena laba-laba itu hanya memikirkan
dirinya sendiri tanpa memikirkan yang lain, dan laba-laba tindak membutuhkan
bantuan dari yang lain. Dan apabila laba-laba itu melahirkan anaknya setelah
dia melahirkan dia memakan anaknya itu, mana mungkin seorang ibu mau memangsa
anaknya sendiri, jadi dapat kita simpulkan bahwa keadaan rumah tangga laba-laba
itu tidak ada ketentraman mengapa demikian karena anaknya saja tidak dijaga
bahkan dimangsa atau dimakan. Jika kita melihat keadaan rumaht angga laba-laba
adalah keadaan rumah tangga yang broken. Karena sesama saja tidak saling
melestarikan akan tetapi salinh memangsa, dan hanya mementingkan diri sendiri
tanpa memikirkan keadan orang lain. Bagaiman sebuahtangga akan merasa tentram
dalam sebuah keluarga , dengan keadaan demikian. Salaing mendukung saja belum tentu
tentram apalagi tidak mempedulikan antara satu sama lain. Keadaan rumah tangga
yang broken itu adalah keadaan rumah tangga laba-laba.
Jadi I’zas dari kata البيوت
أوهن ini adalah keadaan rumah tangga laba-laba yang lemah, dan rumah tangga
yang broken. Kerena mereka tidak mempedulikakan satu sama lainnya. Bukan
rumahnya laba-laba tetapi keadaan rumah tangga laba-laba.
Kesimpul
Dari ayat diatan kita dapat menyimpulkan
-
Perumpamaan orang-orang kafir atau orang non islam
yang mencari perlindungan kepada selain Allah, mereka itu seumpama laba-laba
yang membuat rumah.
-
Perlindungan yang hakiki itu hanyalah dari Allah bukan
yang lain, jadi marilah kita menjadikan Allah satu-satunya pelindung. Karena
jika kita ingin terhindar dari bala bukan kepada patung atau sebagainya kita
mencari perlindunga akan tetapi kepada Allahlah kita mencari perlindungan,
itulah yang benar.
-
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari semangat
dari laba-laba.
-
I’jaz dari kata البيوت
أوهن adalah keadaan rumah laba-laba yang lemah
atau broken, atau tidakada ketenagan.
-
Kesombongan laba-laba tidak patut kita contoh, mereka
tidak membutuhkan bantuan dari yang lainnya, padahal kita didunia ini tidak
bisa hidup sendiri , kita salaing membutuhkan satu sama lainnya.